Pernah sakit? Seringan dan separah apa sakit yang pernah Anda
derita? Apa pun itu sakit yang menimpa Anda, apa yang Anda lakukan;
segera berobat dan berdoa memohon lekas diberi kesembuhan, atau tetap
bersabar menikmati sakit yang Allah berikan?
Islam—melalui lisan mulia Baginda Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam dan
para ulama penerusnya—mengajarkan umatnya untuk mau bersabar ketika
diberi cobaan oleh Allah berupa sakit atau lainnya. Ada banyak keutamaan
yang ditawarkan bagi siapa saja yang mau bersabar menghadapi
penyakitnya dan rela menerima keputusan Allah bagi dirinya. Meski di
sisi lain Islam juga tidak melarang untuk berobat sebagai langkah
ikhtiar menjaga kesehatan badan.
Imam Nawawi dalam kitabnya al-Majmû’ menuturkan,
para sahabatnya dan yang lainnya mengatakan bahwa orang yang sedang
sakit disunahkan untuk bersabar. Ada banyak dalil dari Al-Qur’an dan
hadits yang menuturkan tentang keutamaan bersabar.
Allah subhânahû wa ta’âlâ berfirman di dalam Surat Az-Zumar ayat 10:
إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang bersabar akan dipenuhi pahala mereka tanpa hitungan.”
Sebuah hadits riwayat Imam Muslim menuturkan sabda Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam:
مَا
مِنْ مُسْلِمٍ يُصِيبُهُ أَذًى مِنْ مَرَضٍ، فَمَا سِوَاهُ إِلَّا حَطَّ
اللهُ بِهِ سَيِّئَاتِهِ، كَمَا تَحُطُّ الشَّجَرَةُ وَرَقَهَا
Artinya:
“Tidaklah seorang muslim terkena suatu penyakit dan lainnya kecuali
karenanya Allah menggugurkan kejelekan-kejelekannya sebagaimana sebuah
pihon menggugurkan daunnya.”
Imam Nawawi
memberikan penjelasan bahwa di dalam hadits tersebut ada pelajaran bahwa
kesalahan-kesalahan akan dilebur dengan berbagai penyakit di dunia
meskipun hanya sedikit kesusahannya.
Imam Muslim juga meriwayatkan dari ‘Atho bin Abi Robah yang mengatakan:
قَالَ
لِي ابْنُ عَبَّاسٍ: أَلَا أُرِيكَ امْرَأَةً مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ؟
قُلْتُ: بَلَى، قَالَ: هَذِهِ الْمَرْأَةُ السَّوْدَاءُ، أَتَتِ النَّبِيَّ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَتْ: إِنِّي أُصْرَعُ وَإِنِّي
أَتَكَشَّفُ، فَادْعُ اللهَ لِي، قَالَ: إِنْ شِئْتِ صَبَرْتِ وَلَكِ
الْجَنَّةُ، وَإِنْ شِئْتِ دَعَوْتُ اللهَ أَنْ يُعَافِيَكِ قَالَتْ:
أَصْبِرُ، قَالَتْ: فَإِنِّي أَتَكَشَّفُ فَادْعُ اللهَ أَنْ لَا
أَتَكَشَّفَ فَدَعَا لَهَا
Artinya:
“Ibnu Abas berkata kepadaku, ‘Maukah kau kuperlihatkan seorang
perempuan ahli surga?’ Aku menjawab, ‘Ya.’ Ia berkata, “Perempuan hitam
ini telah datang kepada Nabi dan berkata, ‘Sesungguhnya aku mengidap
penyakit ayan dan auratku sering tersingkap karenanya. Maka berdoalah
kepada Allah untuk kesembuhanku.” Nabi bersabda, “Kalau kau mau bersabar
bagimu surga. Dan bila kau mau aku mau mendoakanmu agar Allah
menyembuhkanmu.” Perempuan itu berkata, “Aku mau bersabar saja.” Ia
berkata lagi, “Auratku sering terungkap, maka mohonlah kepada Allah agar
auratku tak terungkap lagi.” Maka Nabi mendoakannya.”
Dari
hadits di atas dapat diambil satu pelajaran bahwa kesabaran yang
dilakukan seseorang atas penyakit yang sedang diderita bisa menjadi
jalan baginya untuk mendapatkan surga. Hadits tersebut juga menunjukkan
dibolehkannya tidak berobat dengan bersabar atas cobaan yang diterima
dan ridha terhadap ketentuan Allah. Masih menurut hadits tersebut, tetap
bersabar menghadapi satu penyakit itu lebih utama daripada kesembuhan
bagi sebagian orang, dan meskipun berobat itu disunahkan namun tidak
berobat itu lebih utama. Demikian dijelaskan oleh Syekh Abdullah
Al-Mubarakfuri di dalam kitab Mir’âtul Mafâtih Syarh Misykâtil Mashâbih.
Syekh Nawawi Banten dalam kitab Kâsyifatus Sajâ mengisahkan,
sahabat Imron—salah seorang tokoh di kalangan para sahabat Rasul—bahwa
dulunya malaikat mengucapkan salam kepadanya secara jelas. Namun ketika
ia sembuh dari penyakitnya karena doa Rasulullah suara salam malaikat
tak lagi terdengar dengan jelas. Maka sahabat Imron mengadu kepada
Rasulullah perihal itu. Kepadanya Rasulullah bersabda, “Tidak
terdengarnya ucapan salam para malaikat itu karena kesembuhanmu.” Maka
kemudian sahabat Imron meminta Rasul memohon kepada Allah agar
penyakitnya dikembalikan lagi. Ketika sahabat Imron kembali sakit,
kembali pula para malaikat terdengar suara salamnya. Sebagai bentuk
kemuliaan baginya maka doa yang dipanjatkan ketika disebut namanya akan
dikabulkan.
Hanya saja satu hal yang
semestinya—makruh hukumnya—tidak dilakukan oleh orang yang sedang sakit
atau mengalami kesusahan dunia adalah mengharap kematian. Namun tidak
makruh bila ada kekhawatiran akan terjadinya fitnah bagi agamanya.
Rasulullah dalam sebuah hadits bersabda:
لا يتمنين أحدكم الموت لضر نزل به فان كان لابد متمنيا فليقل اللهم أحينى ما دامت الحياة خيرا لي وتوفني إذا كانت الوفاة خيرا لى
Artinya:
“Jangan sampai seorang di antara kalian berharap kematian karena sebuah
kesusahan yang menimpanya. Bila tidak bisa tidak ia harus berharap
kematian maka berdoalah, “Ya Allah, hidupkan akau selagi kehidupan lebih
baik bagiku dan matikan aku bila kematian lebih baik bagiku.” Demikian
Abu Ishaq As-Syairazi di dalam kitabnya al-Muhdzdzab. Wallahu a’lam. (Yazid Muttaqin)
copy: http://www.nu.or.id/post/read/85437/anjuran-bersabar-bagi-yang-sakit
0 Komentar